Senin, 26 Maret 2012

NELAYAN BERLAYAR TANPA HALUAN

                        Tanjungpinang,15 Maret 2012.Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan tradisional mengeluh masa tanpa kerja lebih lama di bandingkan dengan masa kerja,di karenakan nelayan harus pergi melaut di laut luas untuk mendapatkan hasil,dan jika musim utara sedang kencang dan gelombang kuat masyarakat tidak bisa bekerja.
            Bulan maret inipun musim dan angin utara yang kencang masih belum berhenti berhembus hingga membuat nelayan tradisional kebingungan untuk mengalih pekerjaan agar dapat menyambung hidup,untuk bekerja di darat seperti berkebun dan sebagainya sudah tidak bisa lagi karena lahan kosong sudah banyak di garap untuk bangunan dan yang lebih nyata dan besar lagi lahan-lahan banyak di manfaatkan untuk penggalian bijih bauksit.Tidak memiliki title dan latar pendidikan yang memadai jika ingin mencari pekerjaan yang lebih baik.Buruh kerja pun sudah cukup banyak,jadi untuk mengalih pekerjaan sementara waktu menunggu angin utara berhenti sudah tidak ada lagi.
            Dulu jika musim utara seperti ini kami masih tetap bisa melaut karena kami masih bisa bekerja di dekat-dekat sekitar Tanjungpinang ini saja,apapun yang kami kerjakan,memasang bubu,mancing,menjaring,menjala,menyondong dan masih banyak lainnya,namun kini sudah tidak bisa lagi ketam,udang,ikan dan sebagainya sudah susah di cari di sekitar pesisir kota Tanjungpinang menurut rekan-rekan dan saya sendiri semua ini merupakan pengaruh dari limbah bauksit yang berupa tanah merah yang di aliri oleh air,apalagi hari hujan air laut di sekitar sini menjadi coklat pekat seperti air milo,ujar “Ikhsan” nelayan Kampungbugis yang merasa di rugikan akibat limbah bauksit.
            Tampak di masing-masing pelantar/dermaga pompong masyarakat yang rata-rata berukuran 2 GT tertambat dan tidak bisa beroperasi,pekerjaan masyarakat hanyalah merawat seperti membuang air karena perawatan pompong nelayan ini cukup bisa di katakan rumit,sedangkan penghasilan untuk merawat pompong mereka tidak punya.”Kami hanya menunggu masa-masa di mana kami bisa melaut lagi,jadi untuk menjaga pompong kami agar bisa melaut lagi kami terpaksa meminjam uang untuk merawat pompong kami”ujar Pak Sukardi yang juga nelayan Kampungbugis.
            Seperti yang kita ketahui dan fakta selama ini sistem kerja nelayan terbagi dari masa kerja dan masa tidak bisa bekerja karena tergantung musim dan cuaca.”Dua tahun lalu masa kerja kami sepuluh bulan untuk bekerja efektif sekaligus untuk menutupi kebutuhan untuk dua bulan berikutnya yang tidak bisa bekerja,tahun lalu masa kerja kami masih bisa delapan bulan untuk menutupi empat bulan masa tidak bisa bekerja,tapi sekarang yang sangat kami eluhkan masa kerja kami dari awal bulan kemaren baru satu bulan efektif dua bulan total tidak bisa bekerja,lagi-lagi di tambah dengan harus pergi jauh dan membutuhkan modal yang besar untuk mengisi minyak mesin pompong,apalagi harga minyak bulan april mendatang akan naik sementara harga hasil tangkap nelayan separti ikan,sotong,udang dan sebagainya tak kunjung naik.Sampai sekarang saja angin utara masih turun dan belum teduh,kami pun tidak tahu dengan nasib kami ke depannnya”Ucap Pak Hasan  yang bercerita keluhannya sambil memaku papan pompong yang lagi naik dok di galangan,"Chan Suardi.B6

Sembahyang Keselamatan di Senggarang


SENGGARANG SEMBAHYANG KESELAMATAN

          Tanjungpinang_Readye News,23 Maret 2012 pukul 20.00 Desa senggarang di padati dengan orang-orang mayoritas marga Tionghoa yang mengunjungi acara yang di hadiri artis dari luar negeri sekaligus ritual sembahyang keselamatan.diiringi pelepasan kembang api dan pembakaran lilin keselamatan berlangsung lancar.
          Setiap tahun masyarakat Tionghoa mengadakan acara ritual sembahyang keselamatan,masyarakat tionghoa Kota Tanjungpinang menjadikan Senggarang sebagai pusat perkumpulan warga tionghoa pada hari-hari besar mereka,pada tahun ini terlihat cukup padat dan ramai,penataan tempat termasuk parkir di setting sedemikian rupa sehingga Senggarang yang tidak terlalu besar mampu menampung pengunjung yang padat.Tidak di pungkiri di setiap ada acara besar pemuda menyelingi dengan mabuk-mabukan hingga memancing kerusuhan,namun hal ini bisa diaman oleh pihak keamanan,panitia pelaksana juga tampaknya sudah menyediakan team medis yang di siapkan apabila terjadi kecelakaan yang tak di duga.
          Pengunjung dari Tanjungpinang di seberangkan melalui boad dari pelantar dua dan pelantar satu dengan biaya sebesar Rp.5000,00.Ada juga sebagian orang datang dengan meggunakan mobil dan kendaraan darat,namun jauh harus menempuh perjalanan lebih kurang satu jam.sehinngga banyak yang memilih melalui jalan pelantar dua dan pelantar satu.
          Acara sembahyang keselamatan ini berlangsung selama tiga malam,sama seperti acara tahun-tahun yang lalu.menurut beberapa pengunjung acara ini,tahun ini suasananya tidak seperti tahun-tahun yang lalu karena orang-orang yang datang tidak seramai dulu lagi.( Chan Suardi.B6).